Kategori
Berita Nasional

Terima Danjen Kopassus, Bamsoet Tegaskan Perlu Pendekatan Tegas Dan Humanis Selesaikan Konflik Di Papua

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan. (Foto/Istimewa)

Selasa 26 April 2022 l 21:40 WIB

JAKARTA (Buletin Al-Maksum). Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan sepakat untuk mengedepankan pendekatan tegas dan humanis dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di Papua. Sebagaimana juga sudah disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa usai bertemu Bamsoet pada November 2021 lalu. Sehingga pendekatan teknis yang digunakan lebih kepada operasi teritorial, bukan operasi tempur. Namun, jika diperlukan Kopassus siap lakukan operasi tempur guna menumpas sparatis yang mengganggu keamanan dan berupaya memisahkan diri dari NKRI.

“Melalui forum MPR RI FOR Papua yang diisi anggota DPR RI dan DPD RI yang berasal dari Daerah Pemilihan Papua dan Papua Barat, MPR RI akan menjadi mitra strategis bagi TNI, termasuk di dalamnya bagi Kopassus, dalam menciptakan suasana kedamaian di tanah Papua,” ujar Bamsoet usai menerima kunjungan silahturahmi Danjen Kopassus Brigjen TNI Iwan Setiawan, di Jakarta, Selasa (26/4/22).

Turut hadir antara lain, Asintel Kopassus Letkol Inf Wing Sandya Udayanto, Aster Kopassus Kolonel Inf Edwin Apria Candra, Dansat inteltek Pusintelad Letkol czi Asep Sugiharto, dan Kasi Intel Grup 3 Kopassus Kapten Inf M.Rusdyanto Hadawang.

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, dibutuhkan keseragaman dan kesamaan pandangan semua stakeholder pemerintah untuk satu langkah menyelesaikan konflik di Papua. Pendekatan yang harus dilakukan adalah pendekatan kesejahteraan, bukan semata pendekatan operasi militer. Khususnya terhadap beberapa wilayah yang sering terjadi kontak tembak, antara lain di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak; Distrik Krepkuri, Kabupaten Nduga; Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga; Distrik Gome, Kabupaten Puncak; Distrik Mamberamo, Kabupaten Mamberamo Raya; dan Distrik Omukia, Kabupaten Puncak

“Pendekatan kesejahteraan tersebut antara lain dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis, pendidikan gratis. Karena sumber konflik adalah akibat adanya ketidakadilan dan kemiskinan. Untuk itu, dana Otsus harus benar-benar dikawal dan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua,” jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini memaparkan, berbagai perangkat hukum memajukan Papua sudah tersedia. Antara lain melalui UU. No.2/2021 tentang Perubahan Kedua atas UU No.21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua; Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat; serta Keputusan Presiden (Keppres) No 20 Tahun 2020 tentang Tim Koordinasi Terpadu Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

“Tinggal pelaksanaannya yang harus dijalankan secara tepat dan cepat. Bercermin dari implementasi UU Otsus Papua, dari periode tahun 2002 hingga 2021, pemerintah pusat telah menyalurkan Dana Otsus dan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) sebesar Rp 138,65 triliun untuk Provinsi Papua dan Papua Barat. Sedangkan pada kurun waktu 2005 sampai 2021, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) ke Provinsi Papua dan Papua Barat telah mencapai Rp 702,3 triliun. Evaluasi diperlukan untuk mengukur efektivitas, akuntabilitas dan output. Sehingga bisa memberikan kejelasan sejauh mana anggaran yang besar tersebut memberikan dampak nyata bagi kehidupan masyarakat Papua dan Papua Barat,” pungkas Bamsoet. (Red/Buletin Al-Maksum?.

Writer: Bamsoet
Editor: Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Opini Publik

Demokrasi Bukan Masa Depan Kita

Mas Tubagus Soleh Ketua Grup Pena Banten. (Foto/Istimewa)

Selasa 26 April 2022 l 19:47 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh

Saya tidak percaya dengan DEMOKRASI.

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Negara tempat didengungkannya demokrasi sudah lama bangkrut. Tidak mampu menopang hidupnya sendiri.

Namun anehnya sistem demokrasi dipakai hampir semua negara dunia menjadi pilar utama dalam menjalankan roda pemerintahan dan ekonomi.

Padahal, melalui “demokrasi” dan dengan kelicikan yang nyaris sempurna mereka menyedot semua kekayaan SDA negara yang menjadi tujuan utama.

Demokrasi juga membuat tatanan bangsa yang menjadi pilar tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana para Bapak Bangsa kita letakan menjadi hancur lebur tak berwajah lagi.

Kearifan lokal yang dulu kental dalam sidang Majelis yang Mulia MPR dan DPR sekarang telah berubah menjadi ajang tinju yang saling menjatuhkan.

Tanpa kita sadari dengan sesadar-sadarnya, ternyata demokrasi telah membuat jarak dan merusak persaudaraan berbangsa dan bernegara kita.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi 17 agustus 1945 menjadi tidak berarti lagi.

Dunia politik telah menjadi arena tinju dan kadang telah menjadi dunia sirkus akrobat yg sangat melenakan.

Rakyat di buat gemes-gemes tai ayam. Sibuk di giring menjadi demonstran dadakan. Diarahkan membuat pernyataan sikap. Sibuk mengomentari hal yang terlihat. Padahal semuanya merupakan lipstik politik belaka.

Sementara antek-antek nekolim biadab dengan tenang dan nyantai mengeruk semua kekayaan Bangsa kita. Nyaris tanpa hiruk pikuk yang memusingkan.

Demokrasi membuat rakyat terbelah. Semuanya disesuaikan dengan selera napsu birahi politiknya. Siapapun bisa dimaki dan dikecam selama tidak sesuai dengan seleranya.

Siapapun bebas memakai gincu dan lipstik agar kelihatan cantik dan tertutupi bopeng politiknya. Tanpa sadar kita semua terkecoh dalam akrobat politik busuk mereka.

Dalam dunia politik, tidak ada titik dan koma. Jadi, kita harus cermat dan teliti membacanya.

Salah-salah kita yang terperdaya dengan musuh ideologi perjuangan kita sendiri.

Bagi saya, berpolitik harus berideologi. Tanpa memiliki ideologi akan menjadi oportunis sejati.

Berpolitik tanpa ideologi hanya akan menjadi bungklon yang tidak jelas arah perjuangannya.

Saya tidak tahu, apakah para parpol saat ini melakukan kaderisasi politik yang sesungguhnya untuk melahirkan para negarawan sejati? Bukan hanya sekedar menyiapkan politikus ambisius haus kekuasaan?

Karena kekuasaan seperti gadis cantik atau “Jahe” yang sangat memikat hati.

Sungguh sangat tidak mudah melepaskan jebakan politik yang canggih di sistem politik yang menghalalkan segala cara.

Kasus politikus muda yang cerdas, namun kemudian menjadi pesakitan KPK menjadi bukti nyata bahwa politik itu tidak hitam putih. Karena politik itu tidak ada titik komanya.

Yang paling bagus menurut saya saat ini,kita khususnya di Babad banten, terlebih dahulu memang harus merumuskan Nilai-nilai Dasar Perjuangan Atau Falsafah Pergerakan yang menjadi rujukan nilai atau pegang para semua kader penggiat dakwah babad Banten.

Rumusan nilai dasar itulah yang akan menjadi pegangan dan panduan setiap kader penggiat dakwah dalam berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita harus bersabar dan bertekun dalam membangun organisasi perjuangan kita Babad Banten. Jika sekarang saudara-saudara kita hanya menunggu di tribun penonton inshaalloh suatu kelak mereka akan siap menjadi pemain inti perjuangan.

Ingat, di Babad Banten tidak menyediakan bangku cadangan apalagi pemain cadangan.

Hanya jiwa-jiwa yang terpanggil untuk membangun bangsanya dan membebaskan bangsanya dari cengkraman Nekolim yang akan terjun di medan jihad babad banten.

Mudah-mudahan –ditemanikopi pahit menjelang subuh–,pikiran kita tetap jernih dalam membaca setiap akrobat politik.

Rujukan Babad Banten jelas: Ulama ahlussunnah wal jamaah dan para Mursyid Sang Pembimbing.(TS55/Buletin Al-Maksum).

Penulis adalah Ketua Grup Pena Banten

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Kategori
Berita Medan

Pesantren Tahfidz Qur’an Dan Hadits Al-Faiz Laksanakan I’tikaf Di Masjid Al-Jihad Medan

Peserta I’tikaf dari Ponpes Al-Qur’an dan Hadits Al-Faiz di Masjid Al-Jihad Medan. (Foto/Istimewa)

Senin 25 April 2022 l 21:57 WIB

MEDAN (Buletin Al-Maksum). Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an dan Hadits Al-Faiz melaksanakan I’tikaf di Masjid Al-Jihad, Jalan Abdullah Lubis Kota Medan, Jum’at (22/4/2022).

Bertepatan dengan 20 Ramadhan atau malam ke-21 Ramadhan 1443 H. I’tikaf dilaksanakan setelah selesai shalat tarawih berjamaah di pesantren Tahfiz AL-FAIZ sekitar jam 22.10 wib. Rombongan peserta I’tikaf berangkat menuju Masjid Al Jihad dengan jumlah peserta 80 orang sudah termasuk santri dan asatidz.

Sesuai dengan program Pesantren Tahfizh Al Faiz bahwa seluruh santri dan guru-gurunya harus komitmen untuk berupaya semaksimalnya menjalankan perintah Allah dan Rasulullah termasuk menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, satu diantara Sunnah Rasulullah yang sering beliau lakukan adalah melaksanakan I’tikaf, terkhusus sepuluh hari terakhir ramadhan.

I’tikaf adalah amalan sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) ibadah yang bukan wajib, kecuali jika seorang muslim mewajibkan atas dirinya karena bernazar.

Satu diantara hadist yang menerangkan tentang hukum Itikaf adalah dari Abu Hurairah ra berkata, “Rasulullah SAW biasa beritikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun, pada tahun wafatnya Beliau beritikaf selama dua puluh hari (HR Al-Bukhari).”

Waktu yang paling utama melakukan Itikaf, jumhur ulama berpendapat kalau Itikaf dapat dilakukan kapan saja di luar bulan Ramadhan, hanya paling afdhol memang di 10 hari terakhir ramadhan.

Sesuai keterangan dari Ketua Yayasan Faiz Ahmad Al-Kawakib Umi Herlis, bahwa pesantren akan membiasakan kegiatan I’tikaf ini, Karena dengan mengamalkan amalan I’tikaf ini kita sudah termasuk pengamal sunnah, apalagi peristiwa malam Lailatul Qadar itu terdapat di 10 akhir Ramadhan khususnya pada malam-malam ganjil akhir Ramadhan Sperti malam 21,23,25,27, dan 29.

“Semoga amalan yang telah kita mulai dari pesantren ini dapat diamalkan oleh seluruh santri dan santriwati saat sudah pulang ke kampung halaman nya masing-masing, ajak ayah dan ibu serta keluarga untuk beri’tikaf dimasjid terdekat”, himbau Umi Faiz.

Sementara, Kepala Madrasah Ustadz Andi Suhendra Siregar MPd dalam keterangannya mengatakan sangat senang dan bangga kepada Yayasan yang selalu mendukung kegiatan-kegiatan positif pesantren, ditahun kedua ini, Alhamdulillah santri kita sudah mulai terjun ke masyarakat untuk mengamalkan ilmu nya.

“Seperti saat bila ada warga sekitar yang tertimpa musibah meninggal dunia, maka santri sudah diikut sertakan membantu prosesi pelaksanaan fardu kifayah, menshalatkan, mendo’akan, bahkan ketika malam Jum’at sudah ikut dalam perwiritan yasin bapak-bapak, dan santri ada yang bertugas sebagai pembawa muqaddimah, baca yasin, takhtim, tahlil, hingga do’a”, kata Ustadz Andi.

Lanjut Ustadz Andi, selain itu hari ini anak-anak ikut terjun bersma masyarakat I’tikaf di Masjid Al Jihad, InsyaAllah tahun depan harapan kami, anak-anak santri khususnya santri putra, sudah mulai terjun ke masyarakat untuk jadi imam sholat, khutbah Jum’at atau muazzin di masjid atau musholla sekitar pesantren.

“Alhamdulillah untuk khutbah dan imam sholat di pesantren mereka sudah di fungsikan, semoga Allah memberikan keberkahan kepada Pesantren Tahfizh AL-FAIZ, kepada santri dan santriwati serta guru-guru nya Amiin Allahumma Aamiin”. pungkas Ustadz Andi.

Adapun rangkaian ibadah yang dilakukan oleh peserta itikaf ialah sesampainya di masjid Al Jihad langsung berwudhu, selanjutnya sholat Sunnah wudhu, sholat Sunnah tahiyyatul masjid, sholat sunnah taubat, lalu niat itikaf dan sebaik-baik niat iitikaf dibaca saat pertama awal masuk masjid, selanjutnya membaca Alqur’an secara mandiri, mendengarkan tausyiah seputar Fadillah iitikaf serta dalil-dalil nya dari ustadz Dr. Tohir Ritonga LC,.

Selanjutnya, membaca zikir-zikir secara berjamaah hingga selesai pembacaan zikir jam 01.30 wib, lalu istirahat hingga jam 03.00 dinihari, selanjutnya semua peserta I’tikaf berwudhu dan sholat Sunnah Tahajjud secara berjamaah sebanyak 8 raka’at, lalu berdoa dan setelah itu makan sahur bersama, seusai makan sahur santri Al-Faiz lanjut membaca Al-Qur’an hingga subuh, selepas sholat Subuh, selanjutnya mendengarkan tausiah dari ustadz Prof. Dr. KH. Amiruddin MS. (Andi/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Andi Suhendra
Editor: Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

Siklus Kebangkitan Kesultanan/Kerajaan Di Nusantara: Mitos Atau Klenik?

Mas Tubagus Soleh Ketua Grup Pena Banten. (Foto/Istimewa)

Senin 25 April 2022 l 21:33 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh
Ketua Grup Pena Banten

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Masuknya Islam ke Nusantara sangat berbeda dengan penyebaran Islam di belahan Eropa.

Islam di Nusantara bertumbuh kembang hampir sama polanya dengan yang pertama Nabi syiarkan; Damai, mampu ‘beradaptasi’, tidak tunduk pada penguasa tapi menjadi penentu arah kekuasaan.

Hal ini sangat kontras yang terjadi di Eropa. ISLAM disebarkan melalui perang, menganeksasi wilayah kekuasaan Raja Eropa.

Sehingga tumbuh rasa ketakutan, kekhawatiran, bahkan dendam dari para raja-raja Eropa.

Dengan menjelmanya Islam menjadi imperium di Eropa serta semangat menganeksasi wilayah Raja Eropa, maka muncullah perlawanan senyap dari para pastor Eropa terhadap imperium Islam di Andalusia.

Andalusia saat itu merupakan pusat kekuasaan Islam.

Para Pastor kaum agamawan kristen Eropa, bila ditelusuri secara mendalam merupakan penganut Yahudi atau memiliki keterkaitan darah dengan yahudi.

Mereka bermigrasi ke Eropa karena terusir dari tanah leluhur. Kita masih ingat, kaum yahudi pernah diusir dari Madinah oleh Nabi Muhammad SAW karena prilaku mereka yang khianat.

Namun satu hal yang patut dicatat, meskipun mereka terusir tapi mereka tetap komitmen mendalami ajaran Talmudiyah dan mengekplorasi menjadi gagasan pemikiran ideologi yang saat ini mencengkaram dunia. Baik secara akademik maupun sosio politik.

Ketekunan kaum Agamawan Kristen Eropa yang notebene merupakan penganut Yahudi militan inilah yang secara terencana dan sistematis menyiapkan perlawanan senyap.

Imperium Andalusia mulai di gerogoti dari dalam. Kajian filsafat yunani yang dimodifikasi seolah-olah Islam begitu merasuk dan merusak alam fikir umat Islam.

Mazhab pemikiran yang nyaris menjadi sumber konflik terus menerus dikobarkan. Mutazilah, Jabariyah, Qodariyah, dan lainnya merupakan anak kunci yang merusak umat dari dalam.

Semakin berkembangnya kaum kalamis semakin lebar konflik sosial di dalam umat Islam. Saling mengkafirkan sesama Muslim tidak terhindari lagi.

Sementara Sultan dan para Pangeran serta punggawa kerajaan sibuk dengan pesta pora yang melenakan. Racun-racun batin spiritual serta fisikal dilancarkan dengan tekun oleh kaum kristen militan secara rapih.

Tidak terlalu lama–dengan kerja tekunnya dari dalam — mental umat Islam rapuh.

Dengan timing yang tepat pemberontakan kaum pastoran militan dengan mudah melumat kekuasaan Andalusia.

Sang raja Andalusia dipaksa bertekuk lutut menyerahkan kekuasaan dan Istana Hamrah yang super mewah kepada kaum yang dulu dianggap pinggiran.

Akhirnya terjadilah tragedi yang memilukan hingga kini. Andalusia lenyap dari peta Eropa. Berganti wajah menjadi kerajaan-kerajaan kristen dan katolik. Hingga sekarang jejak kekuasaan Andalusia tak berbekas.

Lalu pertanyaan, apakah Islam Indonesia juga akan lenyap seperti yang terjadi di Eropa dengan lenyapnya andalusia sebagai sentral kekuasaannya?

Karena ada suara nyinyir yang getol menyatakan kekuasaan di Indonesia sudah dikendalikan oleh ‘sembilan Naga’? Atau isu isu lain yang tidak kalah seremnya.

Saya sendiri meyakini sebaliknya. Lenyapnya Andalusia justru cikal bakal muncul kokohnya Kekuasaan Islam di Nusantara.

Islam tumbuh dan berkembang serta berakar sangat kuat di Nusantara. Penguasaan bangsa Eropa di Nusantara yang memakan waktu hampir 400 tahun tidak merubah kiblat Nusantara sedikitpun ke Eropa.

Justru Umat Islam Nusantara menjadi benteng hidup Islam Dunia hingga kini.

Aneh tapi nyata. Tapi inilah fakta. Saya tidak tahu apakah ini merupakan mitos atau klenik.

Tapi yang pasti para ‘penjajah’ yang begitu lama bercokol di Nusantara dengan segala cara seperti dengan menghapuskan kekuasaan politik para Sultan dan Raja, terutama kesultanan Islam tidak mampu mencabut akar Napas Islam di Nusantara.

Bayangkan, hampir 400 tahun mereka menguras harta benda, mencekoki pemuda dengan alam fikir Eropa, mencekoki renainsen arab agar bisa mencabut akar Islam yang ditanam walisongo, tetap saja hasilnya nihil.

Sampai akhirnya, bersatunya para Sultan dan Raja dalam bingkai Negara Republik, yang kemudian diProklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Tepatnya pada Tanggal 17 Agustus 1945 dan uniknya bertepatan juga pada Tanggal 17 Ramadhan pada hari Jumat. Imperium Nusantara itu kini bernama Indonesia.

Kehebatan para leluhur kita dalam membangun benteng imperium Nusantara yang kokoh patut kita kaji bersama.

Bayangkan saja di serang dari berbagai arah mata angin Islam Nusantara tetap kokoh.

Bahkan kini menjadi rujukan Islam dunia. Tidak terbayangkan, Raja Salman harus mengirimkan utusan khusus untuk menemui PBNU dan berminat mempelajari Islam ahlussunnah wal jamaahnya NU.

Begitupun dengan negara yang menegaskan sebagai negara Islam seperti Pakistan dan Afganistan mau mempelajari Pancasila dari Indonesia

Fakta ini sangat menarik kita, bahwa Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sebagaimana yang telah dirumuskan oleh para Ulama merupakan wadah tepat dan pas bagi tumbuh kembangnya Islam Nusantara di dunia. Menjadi contoh Islam Rahmatan lil alamin dunia.

Dengan fakta tersebut, saya yakin Islam Indonesia akan menjadi poros kebangkitan Islam dunia.

Kebangkitan Islam di dunia tidak akan terjadi di Arab, bukan di mesir, bukan di Turki, bukan di Eropa, bukan di Amerika. Tapi di Indonesia.

Yang perlu kita lakukan saat ini adalah membenahi mental spiritual para zuriat, anak bangsa lainhya serta ummat dalam mengemban amanah dakwah yang sesuai dengan ‘sunnah’ para leluhur. Agar kokoh mental spiritualnya dalam berjuang.

Karena serangan terhadap Islam Nusantara tidak hanya dari yang berbaju missionaris dari pihak lain. Tapi justru yang memakai jubah Islam pun sangat gencar melakukan penghancuran mental spiritual kaum Muslim sendiri.

Institusi kesultanan dan kerajaan yang menjadi ruh dakwah ulama leluhur kita harus segera direvitalisasi eksistensinya dan menjadi jangkar bagi umat kebanyakan.

Tentu saja dalam kerangka bingkai NKRI dan pancasila sebagai kalimatun sawa’.

Dengan benteng dan pondasi yang telah leluhur kita tancapkan, saya sangat menyakini Islam Di Indonesia dan Nusantara akan segera menjadi kebangkitan dan mercusuar dunia. Dan itu juga pertanda Kesultanan dan Kerajaan di Nusantara akan bangkit kembali. Saya yakin. Bagaimana dengan anda? (TS55).

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

Istiqomah Dalam Visi Besar

Mas Tubagus Soleh Ketua Salatin Asyraf Azzahro Banten. (Foto/Istimewa)

Sabtu 23 April 2022 l 18:02 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Kalau Salatin Asyraf Azzahra mau besar, dia harus istiqomah dengan visi besar. Harus siap diterpa badai. Harus siap digulung ombak. Dititik inilah, sang Nahkoda harus memainkan caturnya secara brilian.

Konsisten dan persisten dalam visi besar sangat penting. Orang yang menang dalam ‘catur’ kehidupan bukan dia yang lebih pintar atau cerdas. Bukan pula yang lebih kuat berotot, atau bukan pula dia memiliki kekuasaan.

Tapi yang akan menang dalam catur kehidupan adalah orang yang istiqomah dalam merealisasikan vision hidupnya, visi pergerakannya.

Istiqomah, konsisten dan berpegang teguh pada visi besar hidup yang menjadi cita-cita akan menjadi panduan dalam melangkah merealisasikan setahap demi setahap yang menjadi cita cita kita.

Siapapun untuk menjadi Manusia sukses haruslah Istiqomah dalam cita-citanya. Militansi dalam proses menjalaninya menjadi hal utama dan penting. Sikap cengeng , gampang mengeluh apalagi menyerah di tengah perjalanan tidak akan pernah sampai pada tujuan hidupnya.

Kehidupan menawarkan hal unik pada setiap orang. Bisa menjadi keras sekeras gunung karang. Bisa menawarkan kelembutan seperti selembut kapas.

Hal yang diperlukan oleh setiap kita adalah updating dan upgrading diri kita terus menerus. Karena kehidupan terus berkembang dan selalu menawarkan hal baru yang sangat tidak terduga.

Orang yang tersingkir bukan karena tidak memiliki kemampuan tapi karena tidak pernah update dan upgrade diri atau organisasi yang sesuai dengan zamannya.

Beristiqomah dalam merealisasikan visi besar hidup yang menjadi cita cita, harus terus mau mengupdate dan mengupgrade diri secara konsisten dan berkesinambungan. Dengan penuh semangat dan penuh keyakinan.

Karena dengan begitu sebuah organisasi akan tetap bisa mengikuti bahkan menyerap perkembangan terbaru sehingga tetap dapat mengikuti kecenderungan anak zamannya bahkan akan mendapatkan lebih banyak lagi keuntungan dari sikap seperti itu.

Salah satu karakter manusia maju adalah menjadi manusia pembelajar sejati. Artinya siapapun yang mau maju harus terus menyerap ilmu pengetahuan yang berkembang dan terupdate.

Sikap merasa benar sendiri atau merasa sudah pintar sendiri akan tergerus dengan sendirinya. Manusia atau organisasi seperti itu akan ditenggelamkan oleh zaman.

Sebagai organisasi dengan visi besar, salatin harus berani bertahan dalam menggenggam visi besarnya. Bahkan dalam situasi sulit sekalipun, salatin harus memiliki keberanian bahkan kenekadan yang luar biasa.

Hanya sang pemberani saja yang sanggup melakukan itu. Salatin adalah salah satu sang pemberani dari sekian sang pemberani yang ada di muka bumi ini.

Seandainya kelak dikemudian hari Salatin meraih Kesuksesan yang dicita-citakan, itu semua merupakan hadiah indah yang Alloh swt berikan kepada Salatin. Berkat Kerja keras, kerja ikhlas dan kerja tuntas merupakan mata rantai sukses yang tidak terpisahkan.

Namun yang tidak kalah pentingnya adalah bersikap istiqomah dalam menggenggam Visi Besar yang sudah direncanakan.

Keteguhan salatin dalam merealisasikan visi besar itu merupakan kunci sukses. Begitu pula sebaliknya keraguan akan mengakibatkan kegagalan.

Pilihan kita yang bergabung di salatin Asyraf Azzahra cuma satu: Yakin, Istiqomah, Konsisten serta persisten dalam setiap langkah mewujudkan visi besar organisasi.

Bismillah, dengan badai yang dihembuskan alam, mari kita bentangkan layar kapal kita…!!!

Penulis adalah Ketua Salatin Asyraf Azzahro Banten

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Kategori
Berita Jakarta

Momentum Nuzul Al-Qur’an, Kita Harus Tetap Dikoridor Akal Sehat

H. Andriono Ketua Umum GEMA BATIK NUSANTARA. (Foto/Istimewa)

Rabu 20 April 2022 l 11:59 WIB

JAKARTA (Buletin Al-Maksum). Bila tidak di warning dengan serius, demokrasi di negara kita akan menjurus pada brutalisme. Demokrasi yang sejatinya memberikan ruang dialog yang sehat agar bisa merumuskan solusi yang tepat bagi masa depan bangsa secara bersama-sama dengan semua anak bangsa kini tidak lagi menjanjikan masa depan yang cerah.

Demokrasi di negara kita lambat-lambat menjelma menjadi ‘wajah yang menyeramkan’, ‘wajah yang sangar’ dan tidak lagi memberikan rasa aman bagi sebuah perbedaan pandangan dan sikap seseorang yang berbeda.

Demokrasi di negara kita sepertinya sudah kehilangan akal sehat yang mampu dan mau berdialog dengan penuh cinta. Kita menyaksikan dengan mata telanjang, para aktivis yang mengklaim pejuang demokrasi justru saat ini mempertontonkan sikap brutalisme yang mengerikan.

Baru-baru ini kita mendengar misalnya, rencana adu jotos di ring tinju dari dua kubu politik yang bersebrangan. Sungguh ini sangat miris dan sangat memprihatinkan kita semua.

Hal ini juga menandakan ketidakmampuan semua pihak untuk berfikir dalam koridor akal waras dan akal sehat.

Hal ini disampaikan oleh Haji Andre Ketua Umum GEMA BATIK NUSANTARA kepada Buletin Al-Maksum, Selasa (19/04/2022) via telpon seluler ketika di tanya tentang rencana adu jotos antara Deni Siregar dan Novel Bakamubin.

Haji Andre selanjutnya menyatakan, sangat menyayangkan rencana adu jotos kedua bela pihak hanya karena perbedaan pandangan, sikap dan dukungan politik.

Menurut Haji Andre, ekstremnya perbedaan pandangan kedua bela pihak seharusnya mampu diselesaikan dengan cara-cara dialog penuh kekeluargaan. Karena bagaimanapun juga kedua bela pihak masih sama-sama anak bangsa yang sangat potensial mampu memajukan demokrasi yang sehat buat bangsa Indonesia ke depan.

Lebih lanjut Haji Andre mengatakan, saya kira di bulan ramadhan dan momentum Nuzulul Qur’an yang merupakan Mukjizat Terbesar Nabi Muhammad SAW ini, kita harus tetap menjaga akal waras kita dan berjalan istiqomah dalam koridor akal sehat. Sehingga demokrasi yang tumbuhpun demokrasi yang penuh cinta kasih tanpa kebencian.

Rumus kehidupan sebenarnya sederhana saja, bila tidak mau diolok-olok jangan mengolok-olok. Bila ingin dihormati maka kita harus bisa menghargai. Bila tidak ingin disakiti kita kudu punya cinta kasih yang berlimpah. Dengan begitu demokrasi di negara kita akan tumbuh sehat dan bermanfaat”, pungkas Haji Andre. (Soleh/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Mas Tubagus Soleh
Editor: Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Tangerang Selatan

Bersama Camat Pondok Aren, LDNU Adakan Tangsel Mengaji

Tim Mubalig LDNU mengisi Pengajian di Masjid Al Royyan Pusat Pemerintahan Kecamatan Pondok Aren Tangsel.(Foto/Istimewa).

Senin 11 April 2022 I 19:11 WIB

TANGSEL (Buletin Al-Maksum). Di Bulan Ramadhan Penuh Berkah, LDNU Tangsel menggelar Tangsel Mengaji di Kantor Pemerintahan Kecamatan Pondok Aren.

Turut hadir Bapak Camat, seluruh Staff, seluruh karyawan kecamatan dan tim mubalig LDNU Tangsel yang menjadi pemandu acara tersebut.

Kegiatan yang diadakan di Masjid Pemerintahan Kecamatan Al Royyan berjalan dengan lancar. Warga yang ikut begitu Antusias ikut program Tangsel Mengaji. Hal ini tentu saja menambah semangat bagi tim pemandu untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan dakwah kepada Umat.

Hal ini disampaikan oleh KH Ahmad Misbah Ketua LDNU Tangsel kepada Buletin Almaksum senin (11/04/2022) via telpon seluler pasca selesai pelaksanaan acara.

Lebih Lanjut KH Ahmad Misbah mengatakan, bahwa program Tangsel Mengaji terus berjalan meskipun di bulan ramadhan. Karena di Bulan Penuh berkah ini, kita seharusnya meningkatkan amaliah ibadah kita kepada Allah SWT. Terutama untuk Tholabul Ilmi. Apalagi program Tangsel mengaji materi pokoknya adalah belajar Alqur’an.

Ada Hadits yang menyatakan, sebaik-baiknya orang adalah yang mengajarkan dan belajar Alqur’an. Coba kita renungkan secara sederhana saja. Dengan Belajar dan mengajar Alqur’an banyak pengetahuan yang kita dapat dari butiran-butiran ayat yang sangat luar biasa. Pungkas KH Ahmad Misbah.(Mas Tubagus Sholeh/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Mas Tubagus Sholeh
Editor. : Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Banten Lebak

Silaturrahim Dengan Puun Baduy Dalam, KH Ahmad Rafiudin: Sesama Anak Bangsa Kita Bisa Saling Melindungi

Tokoh Ulama Banten KH Ahmad Rafiudin bersilaturahiim dengan Puun Baduy Dalam Lebak Banten.(Foto/Istimewa).

Senin 11 April 2022 I 18:22 WIB

LEBAK BANTEN (Buletin Al-Maksum). Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memang negara Hebat. Terbukti dengan beragam suku bangsa, agama, budaya dan bahasa mampu menyatu menjadi Indonesia.

Sumpah Pemuda yang dicetuskan oleh Para Pemuda Indonesia pada tanggal 28 oktober 1928 di Jakarta yang menyatakan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia merupakan sumpah bertuah yang menjadi perekat batin semua suku bangsa di Indonesia.

Tegaknya Indonesia hingga kini merupakan wujud dari doa-doa semua anak bangsa. Tanpa kecuali. Sebab tanpa doa dan komitmen dari semua anak bangsa pastinya NKRI tidak akan kokoh sampai detik ini.

Prinsip duduk sama rendah berdiri sama tinggi harus kita pegang teguh. Sebab prinsip tersebut merupakan bentuk nyata sebuah kesadaran bahwa kita bukan siapa-siapa jika tidak ada siapa-siapa.

Adanya kita karena adanya orang lain. Kedudukan yang kita raih saat ini merupakan bukti dari banyaknya tangan yang menolong kita. Tanpa adanya keterlibatan dari sesama anak bangsa saya percaya, NKRI tidak akan sekokoh batu karang dilautan.

Siapapun anak bangsa harus kita rangkul, kita jalin tali kasih, kita wongke, kita akui eksistensinya. Buang jauh-jauh rasa superioritas yang tidak berguna.

Umat Islam yang mayoritas menjadi penghuni di NKRI ini harus menjadi rahmah bagi semua. Harus mampu melindungi semau anak bangsa yang berada di Wilayah NKRI tanpa kecuali. Dengan begitu, Umat Islam Indonesia turut serta dalam menjaga dan memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa harus memaksakan kehendak yang bertentangan dengan konstitusi dan hukum yang berlaku di Republik Indonesia.

Umat Islam Indonesia sudah harus matang dalam memainkan orkestra politik bangsa. Bukan malah ikut terseret bergoyang musik bangsa lain. Karena hal itu terbukti banyak mudharatnya daripada maslahatnya.

Kita adalah Republik Indonesia. Disini darah kita bertumpah. Di Republik Indonesia juga kita tumbuh dan berkembang. Sekarang waktu yang tepat memberikan berkontribusi positif buat kemajuan bangsa kita.

Dengan sikap saling asih, saling asuh dan saling asah dalam bingkai semangat musyawarah kita pasti bisa saling melindungi sesama anak bangsa. Tutur KH Ahmad Rafiudin kepada Buletin Almaksum senin (11/04/2022) di komplek pesantren Nurul Falah Pasirmalang Lebak Banten pasca kunjungan silaturrahim ke Puun Baduy Dalam Lebak Banten.(Mas Tubagus Sholeh/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Mas Tubagus Sholeh
Editor. : Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Banten Lebak

Ulama Banten KH Ahmad Rafiudin:Menjaga NU Sama Dengan Menjaga NKRI, Pasti Dapat Berkah Dunia Akherat.

Ulama Banten KH. Ahmad Rafiudin.(Foto/Istimewa)

Sabtu 09 April 2022 I 21:45 WIB

LEBAK BANTEN (Buletin Al-Maksum). Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri dan tegak hingga sekarang adalah berkat Rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di dalam pembukaan UUD 1945 jelas tercantum kalimat, berkat Rahmat Allah dan dengan di dorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Sebagai Bangsa beragama dan taat dalam menjalankan perintah-perintah Agama kita sadar betul menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman sentoso, adil dan makmur merupakan kewajiban wajib ‘ain bagi setiap warga negara.

Kita sebagai Warga NU sejak di pesantren sudah dididik untuk mencintai bangsa dan negara dengan seutuhnya. Hubbul Wathon minal Iman mencintai Bangsa dan Negara merupakan pembuktian Iman kita kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa.

Menjaga keutuhan NKRI dan mengisi kemerdekaan dengan berkontribusi positif untuk kemajuan bangsa, bagi kader NU sudah didoktrin oleh kyai sejak di pesantren.

Indonesia adalah rumah besar kita. Didirikan oleh para leluhur kita. Diperjuangkan dan dimerdekakan dengan taruhan nyawa dan harta para leluhur kita. Sebagai anak yang berbakti, kita harus menjaga, merawat, mengisi, membangun serta mengembangkan rumah besar yang kini bernama Indonesia agar tetap lestari hingga akhir zaman.

Bahkan menjadi Bangsa Indonesia harus jelas mendapatkan benefit. Benefit apa? Yaitu kehidupan berbangsa yang adil makmur aman sentosa. Hal teramat mahal dan tidak semua bangsa di dunia sanggup menjadi seperti bangsa Indonesia yang hebat.

Sebagai Warga dan Kader NU, saya memiliki prinsip dasar yang bersinambungan secara utuh. Bahwa menjaga NU, membesarkan NU dan Memajukan NU sama dengan kita menjaga, merawat, dan memajukan NKRI.

NU dan NKRI adalah sebadan dan sejiwa. Sebab NU adalah ruhnya NKRI. NU sudah menjadi rumah besar Bangsa Indonesia. Siapa yang mengganggu NKRI sama saja mengganggu NU. Siapa yang mengurusi NU pasti dapat berkah dunia akherat. Tandas KH Ahmad Rafiudin, hal ini disampaikan kepada Buletin Almaksum Sabtu (08/04/2022) di komplek Pesantren Nurul Falah Pasirmalang Lebak Banten.(Mas Tubagus Sholeh/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Mas Tubagus Sholeh
Editor. : Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Banten Tangerang Selatan

LDNU Tangsel Pimpin Shalat Taraweh Dalam Tarling Se Kecamatan Pondok Aren

Tim Mubalig LDNU TANGSEL pimpin shalat Isya dan Taraweh dalam acara Tarling bersama Camat, lurah se Pondok Aren, MWCNU, MUI, Penyuluh dll di masjid Nurul Ikhlas Pondok Karya.

Sabtu 09 April 2022 I 18:51 WIB

TANGSEL (Buletin Al-Maksum). LDNU Tangsel terlibat aktif dalam program Tarling yang diinisiasi oleh Pemerintahan Kecamatan Pondok Aren dalam rangka menyemarakan Bulan Ramadhan Penuh Berkah.

Kegiatan yang diikuti oleh Lurah se kecamatan Pondok Aren, MWC NU Pondok Aren, MUI, Penyuluh agama Islam serta para pihak yang ikut dalam program Tarling selama bulan ramadhan.

Tim Mubalig LDNU Tangsel yang dikomandani langsung KH Ahmad Misbah dipercaya menjadi Imam shalat Isya dan Taraweh dalam kegiatan tersebut.

Keterlibatan Tim Mubalig LDNU Tangsel dalam program tersebut merupakan bukti komitmen dalam grand desain besar program Tangsel Mengaji yang sudah digulirkan sebelum bulan Ramadhan.

Tentu saja Bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat bagi mubalig LDNU Tangsel untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dalam berkhidmat kepada umat.

Hal ini disampaikan oleh KH Ahmad Misbah Ketua LDNU Tangsel kepada Buletin Almaksum Sabtu (08/03/2022) via Telpon Seluler setelah selesai kegiatan Tarling di Masjid Nurul Ikhlas Pondok Karya Pondok Aren.

Lebih Lanjut KH Ahmad Misbah menambahkan, sebagai Lembaga Dakwah tempat bernaungnya kader NU khusus dibidang dakwah, LDNU akan terus mendorong kepada semua kader NU untuk bisa mengoptimalkan kiprah dakwah di Bulan Ramadhan ini.

Kita akan terus mendorong dan mengajak kepada semua pihak untuk berkolaborasi dalam membina umat di bulan yang penuh berkah ini. Pungkas KH Ahmad Misbah.(Mas Tubagus Sholeh/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Mas Tubagus Sholeh
Editor : Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai