Kategori
Artikel

Ayahku Ustadz HM Syahril Thaher Imam Masjid Yang Istiqamah

Ustadz Haji Muhammad Syahril Thaher. (Foto/Istimewa)

Senin 5 September 2022 l 9:03 WIB

MEDAN (Al-Maksum). Ayahku Ustadz Haji Muhammad Syahril Thaher bin Thaher lahir di Simabur, Batusangkar-Sumatera Barat tahun1946, tanggal dan bulannya sampai sekarang tidak diketahui, karena datanya tidak ada sama sekali.

Tepatnya sekitar tahun 1967 ayahku berkeinginan kuat untuk menuntut ilmu agama Islam di Makkah. Kepergian dalam menuntut ilmu di Makkah mendapat restu dari Gubernur Sumatera Barat yaitu H. Syaukani, dengan dikeluarkannya surat jalan resmi menggunakan kop surat Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang ditanda-tangani langsung Gubernur H. Syaukani.

Dalam perjalanannya menuju Makkah, ayahku singgah ke Sumatera Utara tepatnya di Medan. Di Medan ayahku bersilaturahmi dikediaman Syekh Azra’i Abdurrauf yang beralamat Jalan Sei Deli Medan. Setelah bersilaturahmi, ayahku memutuskan untuk belajar ilmu Al-Qur’an dengan Syekh Azra’i Abdurrauf yang merupakan salah satu Imam di Masjidil Haram Makkah.

Karena tidak punya uang untuk sewa rumah, ayahku memutuskan untuk tinggal di masjid. Alhamdulillah, tidak jauh dari kediaman Syekh Azra’i Abdurrauf ada sebuah masjid, masjid itu bernama Marased yang beralamat di jalan Sei Deli persimpangan jalan Glugur Guru Patimpus Medan. Tidak berlangsung lama ayahku pun mendapat izin dari BKM Masjid Marased untuk tinggal di masjid menjadi marbot masjid, muadzin dan imam masjid.

Kesungguhan belajar ilmu Al-Qur’an dengan Syekh Azra’i Abdurrauf membuahkan prestasi disetiap perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) mulai dari tingkat Medan sampai tingkat provinsi Sumatera Utara, bersama sahabat beliau antara lain H. Hasan Basri Sya’i (almarhum), H. Adlan Adam (almarhum), dan H. Abdul Wahid (almarhum). Selanjutnya, ayahku dipercaya untuk menjadi Dewan Hakim Bidang Tajwid di MTQ Medan dan Provinsi Sumut.

Kemudian setelah berumah tangga dengan Ibuku yang bernama Sri Guna Tanjung binti Sidi Polin yaitu generasi pertama dari murid Hj. Nurasyiah Djamil (musisi, penyanyi dan pencipta lagu) yang beralamat jalan Persai, Simpang Limun Medan, ayahku menyewa rumah di Jalan Utama/Amaliun Gang Tertib No. 10 Medan, Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area (lebih dikenal dengan rumah Belanda, yang punya rumah beragama Kristen). Disana ada sebuah masjid yang bernama Masjid Al-Ikhwaniyah. Di Masjid Al-Ikhwaniyah, ayahku diamanahkan menjadi Imam Masjid.

Kemudian ayahku berkeinginan untuk mengembangkan ilmu Al-Qur’an dikediamannya. Setelah mendapat izin dari Gurunya yaitu Syekh Azra’i Abdurrauf, ayahku membuat Majelis Al-Qur’an, akhirnya dibukalah Majelis Al-Qur’an Maghrib Mengaji dikediamannya dengan jumlah murid 60 orang mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa dari berbagai kecamatan, dengan biaya belajar mengaji seikhlasnya. Saat itu ngaji masih menggunakan lampu petromat yang digantung.

Banyak sekali kenangan bersama ayah dan ibuku di Jalan Utama/Amaliun gang Tertib, karena kami 8 bersaudara (satu orang meninggal) lahir di tempat tersebut. Masa kanak-kanak kami dihabiskan bersama-sama didaerah itu.

Sangat berat menjaga marwah ayah seorang imam masjid, setiap hari kami diberi nasehat, kalau pulang sekolah jangan melalak harus segera pulang kerumah, berpakaian harus sopan menutup aurat, keluar rumah selalu memakai lobe/kopiah, shalat fardhu wajib harus ke masjid, tidak boleh keluyuran malam, belajar murattal dan tilawah Al-Qur’an setiap hari.

Untuk tetap mempertahankan amanah sebagai imam Masjid Al-Ikhwaniyah, ayahku sempat menolak tawaran dari sahabatnya yaitu H. Agus Thaher untuk masuk pegawai negeri di Kanwil Kemenag Sumut, jawaban ayahku membuat H. Agustus Thaher terharu sambil geleng-geleng kepala, ayahku menjawab bahwa kantor saya ada didepan, dimana ustadz? tanya H. Agus Thaher, itu di Masjid Al-Ikhwaniyah (sambil menunjuk masjid) jawab ayahku, karena rumah pas di depan masjid. Akhirnya Agus Thaher memahami jawaban ayahku. Memang sangat berat menjadi seorang imam di masjid, selalu menjaga waktu dalam melaksanakan shalat fardhu wajib di masjid setiap hari.

Sampai akhirnya tiba, ayahku sedang bersiap-siap untuk berangkat bertugas menjadi Dewan Hakim MTQ tingkat provinsi Sumatera Utara di Arama Haji P Masyur Medan, tepatnya ba’da dzuhur sehabis mandi, ayahku terkena serangan stroke pertama. Disitu awal kehidupan ekonomi kami mulai goyang, ditambah lagi ayahku tidak bisa lagi menjadi imam di Masjid Al-Ikhwaniyah. Sampai akhirnya ayahku berhenti jadi imam di Masjid Al-Ikhwaniyah untuk selamanya.

Selama kurun waktu 6 tahun menderita sakit stroke, Akhirnya ayahku wafat terkena serangan stroke ketiga di RS H. Adam Malik Medan pada hari Selasa 21 Mei 1996 pukul 19.00 WIB dan di kebumikan di Perkuburan Muslim Jalan Halat Medan saat itu langsung dihadiri Atok KH Aziz Usman Ketua MUI Medan.

Karena keterbatasan ekonomi, warisan rumah nggak ada, apalagi harta kekayaan juga nggak ada, kamipun hidup berpindah pindah rumah, menyewa rumah yang paling murah, dengan membawa perbekalan ilmu Al-Qur’an yang diwariskan Ayahku Haji Muhammad Syahril Thaher Imam Masjid Yang Istiqamah. (Red)

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai
Kontributor: Yaser Thaher

Kategori
Artikel

Bagaimana Agar Kentut Anda Terdengar Seperti Kata Bijak

Mas Tubagus Soleh Ketua Kajian Pemikiran Politik Prilaku dan Sosial (LK3PS). (Foto/Buletin Al-Maksum).

Ahad 29 Mei 2022 l 13:39 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh

….Kalau Sultan mah mau gaya apa aja bebas. Punya dia mah….

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Kita sering mendengar ungkapan seperti itu akhir-akhir ini.

Makna “Sultan” sudah terdegradasi ke titik nadir. Orang di zaman medsos memahami “Sultan” bermakna orang yang berduit. Siapa saja yang berduit tajir boleh –seenak udelnya–di panggil Sultan.

Padahal Sultan zaman leluhur, merupakan Strata Sosial yang paling tinggi dalam struktur Politik Sosial Budaya Agama Ekonomi dan seterusnya.

Sultan juga merupakan simbol perlawanan rakyat kepada penjajah yang ingin menjadikan kita bangsa budak mereka.

Orang yang bisa menduduki Posisi Sultan atau Raja merupakan orang pilihan yang telah lulus seleksi alam yang sangat ketat.

Kita bisa simak dengan cermat, kisah-kisah leluhur dalam merintis dan membangun Kerajaan. Seperti Raden Wijaya yang merintis berdirinya Kerajaan Majapahit. Pangeran Sabakingking Penembahan Surosowan kemudian bergelar Maulana Soeltan Hasanuddin, Soeltan Banten pertama yang merintis dan membangun Kesultanan Banten.

Semuanya berproses tidak mudah. Berjuang keras dalam membimbing umat manusia agama beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT. Dan yang paling penting adalah mereka tidak sekedar Memiliki kekayaan yang berlimpah ruah, namun lebih dari itu mereka –para leluhur– memiliki jiwa ksatria sebagai kaum bangsawan yang berkomitmen melindungi segenap jiwa raga rakyat dari segala macam marabahaya yang mengancam.

Jadi sosok Sultan di zaman leluhur, bukan sekedar sosok orang kaya berduit tajir saja, tapi lebih dari itu, sosok Sultan merupakan citra Tuhan di dunia yang bertugas sebagai KhalifahNya di muka bumi yang menjadi wilayah kekuasaannya.

Untuk menjadi Sultan di zaman leluhur, yaitu orang yang sudah mencapai makom Insan Kamil Mukammil. Seperti yang terjadi di Kesultanan Banten. Para Sultan Banten bisa dipastikan merupakan Mursyid Kamil Mukammil yang mampu membimbing rakyat untuk menjadi hamba Allah sebenar-benarnya Hamba Allah.

Namun di zaman edan ini, Status “Sultan” sudah diremehkan dan di degradasi oleh sebagian “youtuber”.

Mereka dengan seenak udelnya menisbatkan panggilan Sultan kepada orang-orang yang berduit saja. Bahkan orang yang jelas bukan Muslim juga dipanggil Sultan. Padahal Sultan itu merupakan status sangat terhormat sebagai Pemimpin yang jelas harus beragama Islam. Sekaligus simbol perjuangan rakyat dalam mengusir bangsa penjajah di bumi Pertiwi Nusantara.

Tentu saja, fakta dan fenomena di zaman edan ini harus menjadi instrospeksi kita semua sebagai anak bangsa yang sadar sejarah dan budaya bangsa leluhur.

Fakta dan fenomena sosial ini harus mampu kita baca sebagai makna telah terjadi kebutaan sejarah generasi bangsa kita terhadap sejarah leluhurnya.

Fakta ini juga merupakan alarm yang sangat berbahaya bagi masa depan bangsa kita. Dan ini merupakan ancaman serius bagi eksistensi negara kita di masa depan.

Jadi simpelnya di zaman edan ini, agar kentut Anda terdengar seperti kata bijak jawabannya adalah anda kudu jadi orang berduit terlebih dahulu. Dan setelah itu andapun akan memiliki panggilan “Sultan”. Sesimple itu kan jawabannya? (TS55).

Penulis Adalah Ketua Kajian Pemikiran Politik Prilaku dan Sosial (LK3PS)

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

Siklus Kebangkitan Kesultanan/Kerajaan Di Nusantara: Mitos Atau Klenik?

Mas Tubagus Soleh Ketua Grup Pena Banten. (Foto/Istimewa)

Senin 25 April 2022 l 21:33 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh
Ketua Grup Pena Banten

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Masuknya Islam ke Nusantara sangat berbeda dengan penyebaran Islam di belahan Eropa.

Islam di Nusantara bertumbuh kembang hampir sama polanya dengan yang pertama Nabi syiarkan; Damai, mampu ‘beradaptasi’, tidak tunduk pada penguasa tapi menjadi penentu arah kekuasaan.

Hal ini sangat kontras yang terjadi di Eropa. ISLAM disebarkan melalui perang, menganeksasi wilayah kekuasaan Raja Eropa.

Sehingga tumbuh rasa ketakutan, kekhawatiran, bahkan dendam dari para raja-raja Eropa.

Dengan menjelmanya Islam menjadi imperium di Eropa serta semangat menganeksasi wilayah Raja Eropa, maka muncullah perlawanan senyap dari para pastor Eropa terhadap imperium Islam di Andalusia.

Andalusia saat itu merupakan pusat kekuasaan Islam.

Para Pastor kaum agamawan kristen Eropa, bila ditelusuri secara mendalam merupakan penganut Yahudi atau memiliki keterkaitan darah dengan yahudi.

Mereka bermigrasi ke Eropa karena terusir dari tanah leluhur. Kita masih ingat, kaum yahudi pernah diusir dari Madinah oleh Nabi Muhammad SAW karena prilaku mereka yang khianat.

Namun satu hal yang patut dicatat, meskipun mereka terusir tapi mereka tetap komitmen mendalami ajaran Talmudiyah dan mengekplorasi menjadi gagasan pemikiran ideologi yang saat ini mencengkaram dunia. Baik secara akademik maupun sosio politik.

Ketekunan kaum Agamawan Kristen Eropa yang notebene merupakan penganut Yahudi militan inilah yang secara terencana dan sistematis menyiapkan perlawanan senyap.

Imperium Andalusia mulai di gerogoti dari dalam. Kajian filsafat yunani yang dimodifikasi seolah-olah Islam begitu merasuk dan merusak alam fikir umat Islam.

Mazhab pemikiran yang nyaris menjadi sumber konflik terus menerus dikobarkan. Mutazilah, Jabariyah, Qodariyah, dan lainnya merupakan anak kunci yang merusak umat dari dalam.

Semakin berkembangnya kaum kalamis semakin lebar konflik sosial di dalam umat Islam. Saling mengkafirkan sesama Muslim tidak terhindari lagi.

Sementara Sultan dan para Pangeran serta punggawa kerajaan sibuk dengan pesta pora yang melenakan. Racun-racun batin spiritual serta fisikal dilancarkan dengan tekun oleh kaum kristen militan secara rapih.

Tidak terlalu lama–dengan kerja tekunnya dari dalam — mental umat Islam rapuh.

Dengan timing yang tepat pemberontakan kaum pastoran militan dengan mudah melumat kekuasaan Andalusia.

Sang raja Andalusia dipaksa bertekuk lutut menyerahkan kekuasaan dan Istana Hamrah yang super mewah kepada kaum yang dulu dianggap pinggiran.

Akhirnya terjadilah tragedi yang memilukan hingga kini. Andalusia lenyap dari peta Eropa. Berganti wajah menjadi kerajaan-kerajaan kristen dan katolik. Hingga sekarang jejak kekuasaan Andalusia tak berbekas.

Lalu pertanyaan, apakah Islam Indonesia juga akan lenyap seperti yang terjadi di Eropa dengan lenyapnya andalusia sebagai sentral kekuasaannya?

Karena ada suara nyinyir yang getol menyatakan kekuasaan di Indonesia sudah dikendalikan oleh ‘sembilan Naga’? Atau isu isu lain yang tidak kalah seremnya.

Saya sendiri meyakini sebaliknya. Lenyapnya Andalusia justru cikal bakal muncul kokohnya Kekuasaan Islam di Nusantara.

Islam tumbuh dan berkembang serta berakar sangat kuat di Nusantara. Penguasaan bangsa Eropa di Nusantara yang memakan waktu hampir 400 tahun tidak merubah kiblat Nusantara sedikitpun ke Eropa.

Justru Umat Islam Nusantara menjadi benteng hidup Islam Dunia hingga kini.

Aneh tapi nyata. Tapi inilah fakta. Saya tidak tahu apakah ini merupakan mitos atau klenik.

Tapi yang pasti para ‘penjajah’ yang begitu lama bercokol di Nusantara dengan segala cara seperti dengan menghapuskan kekuasaan politik para Sultan dan Raja, terutama kesultanan Islam tidak mampu mencabut akar Napas Islam di Nusantara.

Bayangkan, hampir 400 tahun mereka menguras harta benda, mencekoki pemuda dengan alam fikir Eropa, mencekoki renainsen arab agar bisa mencabut akar Islam yang ditanam walisongo, tetap saja hasilnya nihil.

Sampai akhirnya, bersatunya para Sultan dan Raja dalam bingkai Negara Republik, yang kemudian diProklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Tepatnya pada Tanggal 17 Agustus 1945 dan uniknya bertepatan juga pada Tanggal 17 Ramadhan pada hari Jumat. Imperium Nusantara itu kini bernama Indonesia.

Kehebatan para leluhur kita dalam membangun benteng imperium Nusantara yang kokoh patut kita kaji bersama.

Bayangkan saja di serang dari berbagai arah mata angin Islam Nusantara tetap kokoh.

Bahkan kini menjadi rujukan Islam dunia. Tidak terbayangkan, Raja Salman harus mengirimkan utusan khusus untuk menemui PBNU dan berminat mempelajari Islam ahlussunnah wal jamaahnya NU.

Begitupun dengan negara yang menegaskan sebagai negara Islam seperti Pakistan dan Afganistan mau mempelajari Pancasila dari Indonesia

Fakta ini sangat menarik kita, bahwa Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sebagaimana yang telah dirumuskan oleh para Ulama merupakan wadah tepat dan pas bagi tumbuh kembangnya Islam Nusantara di dunia. Menjadi contoh Islam Rahmatan lil alamin dunia.

Dengan fakta tersebut, saya yakin Islam Indonesia akan menjadi poros kebangkitan Islam dunia.

Kebangkitan Islam di dunia tidak akan terjadi di Arab, bukan di mesir, bukan di Turki, bukan di Eropa, bukan di Amerika. Tapi di Indonesia.

Yang perlu kita lakukan saat ini adalah membenahi mental spiritual para zuriat, anak bangsa lainhya serta ummat dalam mengemban amanah dakwah yang sesuai dengan ‘sunnah’ para leluhur. Agar kokoh mental spiritualnya dalam berjuang.

Karena serangan terhadap Islam Nusantara tidak hanya dari yang berbaju missionaris dari pihak lain. Tapi justru yang memakai jubah Islam pun sangat gencar melakukan penghancuran mental spiritual kaum Muslim sendiri.

Institusi kesultanan dan kerajaan yang menjadi ruh dakwah ulama leluhur kita harus segera direvitalisasi eksistensinya dan menjadi jangkar bagi umat kebanyakan.

Tentu saja dalam kerangka bingkai NKRI dan pancasila sebagai kalimatun sawa’.

Dengan benteng dan pondasi yang telah leluhur kita tancapkan, saya sangat menyakini Islam Di Indonesia dan Nusantara akan segera menjadi kebangkitan dan mercusuar dunia. Dan itu juga pertanda Kesultanan dan Kerajaan di Nusantara akan bangkit kembali. Saya yakin. Bagaimana dengan anda? (TS55).

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

Istiqomah Dalam Visi Besar

Mas Tubagus Soleh Ketua Salatin Asyraf Azzahro Banten. (Foto/Istimewa)

Sabtu 23 April 2022 l 18:02 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Kalau Salatin Asyraf Azzahra mau besar, dia harus istiqomah dengan visi besar. Harus siap diterpa badai. Harus siap digulung ombak. Dititik inilah, sang Nahkoda harus memainkan caturnya secara brilian.

Konsisten dan persisten dalam visi besar sangat penting. Orang yang menang dalam ‘catur’ kehidupan bukan dia yang lebih pintar atau cerdas. Bukan pula yang lebih kuat berotot, atau bukan pula dia memiliki kekuasaan.

Tapi yang akan menang dalam catur kehidupan adalah orang yang istiqomah dalam merealisasikan vision hidupnya, visi pergerakannya.

Istiqomah, konsisten dan berpegang teguh pada visi besar hidup yang menjadi cita-cita akan menjadi panduan dalam melangkah merealisasikan setahap demi setahap yang menjadi cita cita kita.

Siapapun untuk menjadi Manusia sukses haruslah Istiqomah dalam cita-citanya. Militansi dalam proses menjalaninya menjadi hal utama dan penting. Sikap cengeng , gampang mengeluh apalagi menyerah di tengah perjalanan tidak akan pernah sampai pada tujuan hidupnya.

Kehidupan menawarkan hal unik pada setiap orang. Bisa menjadi keras sekeras gunung karang. Bisa menawarkan kelembutan seperti selembut kapas.

Hal yang diperlukan oleh setiap kita adalah updating dan upgrading diri kita terus menerus. Karena kehidupan terus berkembang dan selalu menawarkan hal baru yang sangat tidak terduga.

Orang yang tersingkir bukan karena tidak memiliki kemampuan tapi karena tidak pernah update dan upgrade diri atau organisasi yang sesuai dengan zamannya.

Beristiqomah dalam merealisasikan visi besar hidup yang menjadi cita cita, harus terus mau mengupdate dan mengupgrade diri secara konsisten dan berkesinambungan. Dengan penuh semangat dan penuh keyakinan.

Karena dengan begitu sebuah organisasi akan tetap bisa mengikuti bahkan menyerap perkembangan terbaru sehingga tetap dapat mengikuti kecenderungan anak zamannya bahkan akan mendapatkan lebih banyak lagi keuntungan dari sikap seperti itu.

Salah satu karakter manusia maju adalah menjadi manusia pembelajar sejati. Artinya siapapun yang mau maju harus terus menyerap ilmu pengetahuan yang berkembang dan terupdate.

Sikap merasa benar sendiri atau merasa sudah pintar sendiri akan tergerus dengan sendirinya. Manusia atau organisasi seperti itu akan ditenggelamkan oleh zaman.

Sebagai organisasi dengan visi besar, salatin harus berani bertahan dalam menggenggam visi besarnya. Bahkan dalam situasi sulit sekalipun, salatin harus memiliki keberanian bahkan kenekadan yang luar biasa.

Hanya sang pemberani saja yang sanggup melakukan itu. Salatin adalah salah satu sang pemberani dari sekian sang pemberani yang ada di muka bumi ini.

Seandainya kelak dikemudian hari Salatin meraih Kesuksesan yang dicita-citakan, itu semua merupakan hadiah indah yang Alloh swt berikan kepada Salatin. Berkat Kerja keras, kerja ikhlas dan kerja tuntas merupakan mata rantai sukses yang tidak terpisahkan.

Namun yang tidak kalah pentingnya adalah bersikap istiqomah dalam menggenggam Visi Besar yang sudah direncanakan.

Keteguhan salatin dalam merealisasikan visi besar itu merupakan kunci sukses. Begitu pula sebaliknya keraguan akan mengakibatkan kegagalan.

Pilihan kita yang bergabung di salatin Asyraf Azzahra cuma satu: Yakin, Istiqomah, Konsisten serta persisten dalam setiap langkah mewujudkan visi besar organisasi.

Bismillah, dengan badai yang dihembuskan alam, mari kita bentangkan layar kapal kita…!!!

Penulis adalah Ketua Salatin Asyraf Azzahro Banten

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

KH Syanwani Kalapian, Sang Mursyid Tarekat

KH Syanwani Kalapian Mursyid TQN Serang Banten. (Foto/Istimewa)

Senin 28 Maret 2022 l 9:21 WIB

Oleh Hamdan Suhaemi

CIUJUNG (Buletin Al-Maksum). Dulu, tahun 1970-an ada figur ulama sepuh asal Kampung Lempuyang yang mukim di Kampung Kalapian Desa Kalapian Kecamatan Pontang Kabupaten Serang Banten. Masyarakat Serang Utara menyebutnya Yai San Sepuh atau Yai Kramat. Bisa jadi karena hampir semua masyarakat berduyun-duyun ngalap barokah kepadanya, terutama saat padang bulan (bulan purnama).

Adalah Syam’un ( orang kampung manggil mang Poldes ), seorang warga Kampung Bolang Pulo Bolang Lebak Wangi sering menuturkan perihal tokoh sufi ini. Karena ia sering sowan saat masih hidupnya.

Tokoh sufi ini bernama KH. Syanwani Kalapian putera dari Nyai Saodah binti Ki Ali bin Ki Atif bin Ki Karomudin bin Ki Saudin bin Syaikh Ciliwilung bin Raden Kenyep Aria Wangsakara. Ia adalah santri Syaikh Nawawi al-Bantani dan juga adalah adik dari Syaikh Abdul Gaffar, nama terakhir dikenal sebagai khadimnya Sang Sayyid Ulamail Hijaz. Sezaman dengannya terdapat tokoh orientalis yang juga menggunakan nama yang hampir sama yakni Syaikh Abdul Ghofur, nama samaran dari Dr. C. Snaouck Hurgrounje, saat mendalami kehidupan Syaikh Nawawi di Mekkah.

KH. Syanwani Sepuh ini pernah menjabat Wedana Pontang di era antara tahun 1945-1949 atas permintaan KH. A. Khatib, seorang Residen Banten yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno. Kebijakan Kiai Khatib menunjuk ulama menjabat struktur pemerintahan itu mungkin rerata para kiai tersebut adalah mereka yang ada dalam jaringan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Mungkin juga kaum tarekat lebih militan dalam perlawanan atas penjajahan.

KH. Syanwani Sepuh ini menurunkan keturunan yang rerata menjadi orang besar, antara lain KH. Abdi Syumaithi (pendiri PKS dan Anggota DPD RI), KH. Nabhani (kiai sufi penerus orang tuanya), KH. Yahya (mantan Anggota DPRD Kab Serang), KH. M. Nadir (Sesepuh Masyarakat Kalapian), KH. Subki, KH.Warsan (anggota DPR GR era orde lama). dan cucunya yang terkenal sebagai ahli hukum kelautan internasional adalah Prof. Dr. Fathul Bari (Profesor Lebar biasa dipanggil).

KH. Syanwani Sepuh ini adalah mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah, yang sanad ijazahnya diterima dari Syaikh Asnawi Caringin Pandeglang (Kiai Agung Caringin). Bersamaan dengan ulama-ulama lainnya seperti Syaikh Umar Rencalang, Syaikh Ibrahim Ketiban Pontang, Syaikh Nawawi Mandaya Carenang (Guru Spritualnya Presiden Soekarno), menjadi figur ulama yang soleh di zamannya.

Berikut silsilah atau sanad tarekat yang diterima oleh KH. Syanwani Sepuh dari Kiai Asnawi Caringin.

Silsilah Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsabandiyyah Syaikh Syanwani Lempuyang tsumma kalapian,

  1. Allah SWT
  2. Malaikat Jibril AS
  3. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
  4. Sayyidunaa Ali bin Abu Thalib KW
  5. Sayyiduna Husein bin Ali bin Abi Tholib RA
  6. Sayyiduna Zainal ‘Abidin RA
  7. Sayyiduna Muhammad Baqir RA
  8. Sayyiduna Ja’far Shadiq RA
  9. Sayyiduna Imam Musa Al-Kazhim RA
  10. Syaikh Abu Al-Hasan Ali bin Musa Ar-Ridho RA
  11. Syaikh Ma’ruf Al-Karkhi RA
  12. Syaikh Sirri As-Saqothi Ar-ridho RA
  13. Syaikh Abu Al-Qasim Al-Junaedi Al-Baghdadi RA
  14. Syaikh Abu Bakar Difli As-Syibli RA
  15. Syaikh Abu Al-Fadhli Abdu Al-Wahid At-Tamimi RA
  16. Syaikh Abu Al-Faroj At-Thurthusi RA
  17. Syaikh Abu Al-Hasan Ali bin Yusuf Al-Qirsyi Al-Hakari RA
  18. Syaikh Abu Sa’id Al-Mubarok bin ‘Ali Al-Makhzumi RA
  19. Sulthon Al-Awliya Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani RA
  20. Syaikh Abdul Aziz RA
  21. Syaikh Muhammad Al-Hattak RA
  22. Syaikh Syamsuddin RA
  23. Syaikh Syarofuddin RA
  24. Syaikh Nuruddin RA
  25. Syaikh Waliyyuddin RA
  26. Syaikh Hisyamuddin RA
  27. Syaikh Yahya RA
  28. Syaikh Abu Bakar RA
  29. Syaikh Abdurrohim RA
  30. Syaikh Utsman RA
  31. Syaikh Abdul Fattah RA
  32. Syaikh Muhammad Murod RA
  33. Syaikh Syamsuddin RA
  34. Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasi RA
  35. Syaikh Abdul Karim At-Tanari Al-Bantani RA
  36. Syaikh Muhammad Asnawi Caringin Al-Bantani RA
  37. Syaikh Ibrahim Ketiban
  38. Syaikh Syanwani, Lempuyang Al-Bantani RA

Ulama Nusantara banyak bertebaran di seluruh peloksok tanah air, dengan identitas pribumi yang tak pernah dilepas. Karakter orang Nusantara dengan menguatkan tradisi dan budaya menjadi ciri dari ajaran dan perilaku kiai-kiai yang hidupnya sederhana dan relegius.

Kita, generasi berikutnya menjadi keniscayaan untuk kemudian meneruskan ghiroh perjuangan agama terutama membumikan Islam dengan rahmat dan kedamaian. (Soleh/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: MAS Tubagus Soleh
Editor: Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

TAFSIR

Mas Tubagus Soleh Ketua Grup Diskusi Nusantara Jayasakti Banten dan Ketua Lajnah Ta’lif WanNasyer Thoriqiyah Idaroh Wustho JATMAN Banten. (Foto/Istimewa)

Senin 28 Maret 2022 l 8:53 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh
Ketua Grup Diskusi Nusantara Jayasakti Banten dan Ketua Lajnah Ta’lif WanNasyer Thoriqiyah Idaroh Wustho JATMAN Banten

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Tuhan menciptakan, Manusia Menafsirkan. Adagium ini sepertinya tepat.

Berpuluh-puluh kitab Agama, buku ilmiah, fiksi, imaginasi, hasil karya karsa dan cipta manusia lahir karena manusia menafsirkan realitas yang diciptakan Tuhan.

Realitas Ciptaan Tuhan yang tersaji dihadapan kita baik melalui kitab suci, ayat qauliyah, ayat kauniyah atau berbentuk “bencana alam” akan memiliki tafsir yang berbeda.

Contoh sederhana, satu ayat mutasybihat oleh para Mufassirin —ulama mumpuni yang menguasai 12 pan keilmuan islam— akan memiliki tafsir yang berbeda. Bahkan dari perbedaan itu telah banyak melahirkan kitab-kitab berkualitas bermutu kelas dunia.

Lahirnya Empat Mazhab Fiqih utama (Imam Malik, Imam Syafii, Imam Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal) dalam Islam tidak lepas dari perbedaan menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat terutama yang terkait dengan kajian fiqih.

Tuhan yang menciptakan Akal Pikir yang ditempatkan pada seluruh makhluknya yang bernama Manusia memang dahsyat luar biasa.

Dengan alat Aqal Pikir itulah kehidupan manusia di dunia berkembang dengan sangat pesat. Dari zaman “primitif” hingga menjelma menjadi zaman “mutaakhir” yang serba super canggih berkat alat cipta karsa dan karya Tuhan yang ditaroh dalam jiwa raga manusia.

Oleh sebab itu, manusia yang pandai mensyukuri karunia terbesar ini, akan memilih menjadi Manusia Pembelajar seumur hidupnya. Karena dengan begitu potensi dirinya menjadi Insan Kamil akan terus berkembang dan terus mewujud dalam laku lampah kehidupannya.

Kita tidak perlu muluk-muluk ingin dikenal sebagai sosok yang wah. Cukup lakukan dengan konsisten menulis hasil cipta karya dan karsa kita sendiri. Tanpa harus terpengaruh omongan orang tentang kita.

Ahmad Wahid tokoh muda HMI legendaris dikenal sebagai sosok pembaharu pemikiran di HMI tahun 60an dan 70an hanya beliau menulis dengan konsisten apa yang menjadi pemikirannya.

Soe Hook Gie, aktivis Pencipta Alam UI, pendiri Mapala UI serta aktivis yang progresif di zaman orla adalah contoh nyata manusia muda yang konsisten dengan hasil cipta karya dan karsa pemikirannya sendiri.

Tokoh Fenomenal lainnya Nurcholis Madjid atau dikenal dengan nama Cak Nur. Adalah Tokoh Muda HMI yang satu-satunya menjadi ketum PB HMI dua periode.

Beliau semua adalah manusia muda pada zamannya yang konsisten dan percaya dengan hasil cipta karya dan karsa pemikirannya sendiri.

Hasilnya mungkin diluar ekspektasi mereka semua. Tapi saat ini disadari atau tidak, diakui atau tidak, diikuti atau tidak pikiran-pikiran mereka semua sangat mempengaruhi alam pikir kader-kader muda bangsa di seluruh ranah organisasi pergerakan.

Diakhir tulisan ini, saya mengingatkan kepada semua saudara saya, mari kita asah, asih dan kita asuh terus alam pikiran kita. Karena disitulah Ilmu Tuhan (AL ALIIM) tersimpan tanpa batas atas nama kita sendiri.

Dititik inilah kita sangat relevan harus menjadi Hamba Tuhan Sejati. Why? Silahkan TAFSIRKAN sendiri. (TS55/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

Yaqut Arsy

Hamdan Suhaemi Wakil ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten. (Foto/Istimewa)

Ahad 27 Maret 2022 l 1:31 WIB

Oleh Hamdan Suhaemi

(Buletin Al-Maksum). Tokoh hebat ini jarang dikenal orang, hilang tertimbun dalam tumpukan bangunan peradaban dunia. Padahal ia adalah tokoh ulama besar, sufi agung, mursyid tarekat Syadziliyah yang tenar di seantero Mesir khususnya, masyarakat Afrika umumnya. Sang mursyid tarekat Syadziliyah ini terlahir di Habasyah (Ethiopia) wilayah daratan tandus Afrika pada abad 13 M.

Yaqut Arsy, dilahirkan di Ethopia dari ayah bernama Abdullah, seorang Sayyid yang bermarga al-Habsyi pada tahun 732 H atau ada yang menyebut tahun 707 H. Suatu kelahiran yang diramalkan jauh hari oleh seorang Khalifah Tarekat Syadziliyah yaitu Imam Abu Abbas al-Mursyi.

Mulanya Yaqut Arsy adalah budak yang diperjual belikan di pasar, meski banyak yang tidak tahu bahwa ia adalah dzurriyatnya Rosulullah Saw, lalu nasibnya berubah oleh seseorang yang membelinya dan membawanya ke Alexanderia, paling barat negeri Mesir dengan menggunakan kapal, ketika ditengah perjalanan badai ombak datang sehingga layar kapal pun banyak yang jatuh, semua orang yang berada di kapal merasa takut dan seorang tuan yang mempunyai banyak budak bernazar “dengan tawasaul dan mengharap karomah dari Imam Abu Abbas al-Mursi agar badaí ombak berhenti, dan jika ombak berhenti saya akan memberikan budak ini (Yaqut Arsy) kepada Imam al-Mursi” dengan izin Allah ombak pun berhenti.

Ketika sesampainya di Alexandria Mesir, sang tuan pun ingin menunaikan nazarnya tadi dan ingin memberikan budak tersebut kepada Imam al-Mursi, akan tetapi Yaqut Arsy ketika itu sedang mengalami sakit kusta, dan tuannya tidak ingin memberikan kepada Imam al-Mursi budak yang sedang sakit. Maka tuannya memberikan budak selain Yaqut, lalu Imam al-Mursi berkata “yang kamu nazarkan bukan budak yang ini, tapi budak yang itu (Yaqut Arsy)”. Dimulailah pertemuan jasad antara Imam al-Mursi dan Yaqut muda ketika itu, sehingga Yaqut Arsy menjadi murid Imam al-Mursi bahkan menjadi menantu dengan menikahi anak perempuan beliau.

Dalam kitab Jami’u Karomati al-Aulia (jilid 2, hlm : 143), Syaikh Yusuf al-Nabhani telah menceritakan bahwa asal usul digelari al-Arsy, pasti paham kita tentu ke makhluk Allah SWT yang paling besar yaitu Arsy yang dijaga oleh Malaikatu al-Arsy (malaikat penjaga Arsy), dan memang benar, menurut Syaikh Yusuf bahwa wali besar ini punya sebutan itu karena ia bisa dan mampu mendengar salah satu malaikat penjaga Arsy yang tengah melantukan adzan tiap waktu sholat. Kehebatan dan kekeramatan yang unik dan di luar nalar manusia biasa tentunya.

Sementara di kitab Thobaqot al-Syadziliyah, Syaikh Abi Aly al-Hasani al-Maghribi menceritakan kekeramatan Syaikh Yaqut Arsy (mursyid tarekat Syadziliyah) itu ketika ada seekor burung yang hinggap di bahunya, sang burung itu tengah berkata sambil berbisik di telinga Syaikh Yaqut Arsy, bahwa ia memohon pertolongan Syaikh Yaqut Arsy agar sudi datang ke masjid Jami di suatu daerah masih wilayah Mesir untuk menegor muadzin masjid tersebut, sebab muadzin hampir selalu mengambil anak-anaknya burung untuk disembelih dan dimakan. Dengan langkah cepat Syaikh Yaqut Arsy langsung mendatangi masjid dan menasihati muadzin agar tidak berbuat dholim atas burung. Seketika muadzin nangis dengan kencang, merasa bahwa ia telah berdosa membunuh anak-anak burung tersebut.

Kisah nyata dari perjalanan keramatnya Syaikh Yaqut Arsy, murid dari Imam Abu Abbas al-Mursyi (seorang Khalifah Tarekat Syadziliyah asli Murcia Spanyol) ini, bagi kita generasi adalah bahwa kisah keramat itu i’tibar, sekaligus uswatun (teladan), tak sering kita jumpai keramatnya auliya atau wali-wali Allah sekeramatnya Syaikh Yaqut Arsy yang unik dan legendaris, keramat yang mampu mendengar suara adzan, dan mampu bicara dengan burung.

Syaikh Yaqut Arsy, adalah cucu murid dari pendiri tarekat Syadziliyah yaitu Imam al-Akbar Abu Hasan Aly al-Syadzili RA, serta teman akrab dari penulis legendaris Syarah Hikam yakni Ibnu Athoillah al- Iskandari. Sang pendengar adzan di makhluq Arsy ini tutup usia di tahun 787 H.

Keteladanan yang bisa kita petik dari Syaikh Yaqut Arsy adalah, kesabaran dalam ujian jadi budak belian, ketaatan pada sang Khalifah Syadziliyah, serta sikap rendah hati pada sesama, dan suka melindungi yang tertindas. (Red/Buletin Al-Maksum).

Penulis adalah Wakil ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten

Pewarta: MAS Tubagus Soleh
Editor: Ahmad Zaim Syah Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

Menghentikan Rentenir Di Tanah Datar

Muhammad Iqbal. (Foto/Istimewa)

Sabtu 12 Maret 2022 I 20:41 WIB

Oleh : Muhammad Iqbal

SUMBAR (Buletin Al-Maksum). Beberapa hari lalu bupati Tanah Datar Eka Putra melakukan launching gerakan “Ayo Makan Rendang Di Tanah Datar ” sebagai bentuk perlawanan terhadap maraknya rentenir di Tanah Datar. Gerakan ini digadang gadang sebagai bentuk upaya untuk memberantas maraknya rentenir di Tanah Datar. Lalu apakah ini program upaya yang tepat ?.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rentenir adalah orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang. Dikutip dari laman Sikapi Uang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada masyarakat dalam rangka memperoleh keuntungan melalui penarikan sejumlah bunga. Keberadaan rentenir sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia dalam mempertahankan hidup,terutama bagi masyarakat pedesaan. Keberadaan terus ditengah masyarakat terus berkembang sampai saat ini sudah ada yang berbentuk online.

Namun keberadaan rentenir memberikan pinjaman uang dengan mengambil untung bunga yang tinggi sangatlah merugikan masyarakat. Bahkan Presiden Jokowi mengecam keberadaan rentenir ini ditengah masyarakat baik legal maupun ilegal. Presiden Jokomi memerintahkan seluruh jajarannya untuk memberangus keberadaan rentenir ilegal yang meresahkan masyarakat. Bahkan pemerintah menghimbau bagi masyarakat yang terlanjur meminjam uang ke rentenir ilegal agar tidak membayar lagi. Keadaan seperti ini juga terjadi di tengah masyarakat Tanah Datar.
Permasalahan ini membuat bupati Tanah Datar Eka Putra geram dan memberikan solusi terhadap permasalahan ini dengan meluncurkan program “Ayo Makan Rendang Di Tanah Datar”. Program ini jelas tidak tepat dan sangat jauh panggang dari api. Logikanya begini,orang butuh uang lalu minjam ke rentenir,kata pemerintah jangan pinjam uang ke rentenir,ayo makan rendang saja ! . Sungguh ini sangat jauh dari solusi permasalahannya.

Lalu apakah solusi yang tepat untuk memberantas rentenir ? Pertama kita harus menganalisa kenapa ada rentenir ? Jelas jawabannya karena masyarakat membutuhkan pinjaman uang. Kedua kenapa masyarakat meminjam uang ke rentenir ?.

Pertama karena rentenir biasa dekat dengan masyarakat . Rentenir biasa datang ke kampung2 menawarkan pinjaman. Sedangkan dibandingkan dengan lembaga lain yang juga menawarkan pinjam seperti bank sangat jauh dari kampung dan harus ke pusat kota terlebih dahulu untuk bisa mengaksesnya. Kedua Mudah,cepat dan tanpa jaminan. Inilah yang membuat masyakat mau meminjam uang ke rentenir karena prosesnya mudah,cepat dan tidak perlu pakai jaminan cukup dengan fotocopy ktp dan KK tanpa surat berharga lainnya. Terakhir yaitu pengetahuan dimana minimnya pengatahuan masyarakat atau informasi mengenai tempat meminjam seperti di bank dan lainnya.

Solusi rentenir ini adalah menghadirkan BUMNag Simpan Pinjam Nagari. Kehadiran BUMNag simpan pinjam akan bisa menghapuskan keberadaan tentenir dengan sendiri. BUMNag dekat dengan kampung sehingga masyarakat tidak perlu ke pusat kota lagi untuk meminjam uang,BUMNag yang memberikan pelayanan mudah ,cepat dan tanpa anggunan karena antar pihak pengelola dan peminjam sudah saling kenal dan tahu.

Semoga ikhtiar kita memberantas kemiskinan bisa terwujud seiring zaman yang berubah,dulu orang menyimpan padi di rangkiang atau pagu rumah sebagai tempat menyimpan padi lalu diambil dan dijual ketika dibutuhkan saat mau masa tanam sawah atau ladang dananak masuk sekolah untuk membayarnya. Namun sekarang zaman sudah berubah maka kita perlu berinovasi program yang tepat ke pada masyarakat agar tetap bisa bertani dan melanjutkan anak sekolah.
Dengan hadirnya BUMNag simpan pinjam ini bisa menjadi solusi untuk masyarakat.Semoga ikhtiar kita mewujudkan perubahan masyarakat Tanah Datar yang sejahtera dan maju bisa terwujud. Amin. (Rinaldi/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Muhammad Rinaldi
Editor: Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Artikel Banten

Dari Langgar Kecil Mas Noen; Ngaji Empat Sifat Nabi

Oleh Mas Tubagus Soleh

Ahad 27 Februari 2022 I 20:44 WIB

Bagian Ketiga

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Ketiga Sifat Tabligh. Lebih jelas Sang Guru menuturkan, bahwa hambaNya yang sudah mendapatkan kepercayaan dari Alloh pasti sang hamba siap berjuang. Tabligh harus dimaknai kesiapan jiwa raga untuk berjuangan apapun resiko perjuangan yang akan diterimanya.

Hanya manusia-manusia pilihan saja yang memiliki kesiapan berjuang lahir batin. Bukan hanya dalam tataran konsep saja. Secara praksis pun sangat siap.

Manusia-manusia pilihan Tuhan tentu saja sudah melalui proses uji yang super ketat. Tidak ada sogok menyogok. Semua proses harus dilalui sendiri tanpa diwakili. Siapapun, tidak penting “status” dzuriat, atau “anak keturunan”, semuanya harus lulus ” uji petik”.

Pastinya, tidak semua manusia lulus uji. Dan tidak semua manusia gagal uji. Tuhan selalu memberikan kesempatan dan selalu membuka pintu RahmahNya 24 jam tanpa jedah.

Hamba-hambaNya yang tekun dan Istiqomah serta berani melangkah menuju kepadaNya pastilah akan disambutNya dengan cinta. Bukankah Tuhan menciptakan hambaNya karena cintaNya?

Tuhan tidak pernah dholim pada hambaNya. Sangat salah, kalau kita berpikir Tuhan menciptakan Neraka untuk menghukum hambaNya. Sekali-sekali tidak. Tidak begitu Mas Noen.

Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha Pengasihnya tanpa batas. Maha Penyayangnya tak berhingga. Hanya kedunguan manusialah yang membuat batas dan dangkalnya samudera Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Tuhan.

Begitulah Mas Noen, kebiasaan manusia bila hanya mengandalkan otak lahiri. Selalu berfikir serba terbatas. Melihat, menganalisa, bahkan menyimpulkan hanya berdasarkan kilatan-kilatan ‘materi’ yang terlihat sekejap.

Bahkan kedunguan kita, begitu cepat memvonis hambaNya hanya karena tidak sesuai dengan selera napsu kita.

Waspadalah Mas Noen. Tipu daya Iblis Syetan Laknatulloh sangat halus. Bila kita lalai sedetik saja berdzikrulloh pasti dengan cepat syetan masuk ke dalam benteng jiwa kita. Melalui aliran darah kita mereka nyelusup untuk “menggoda” kita.

Oh Mas Noen, seandainya kau lemah, tidak punya himmah yang kokoh, atau napsu dalam dirimu masih sangat dominan. Segeralah perbaiki dengan cepat.

Ulama Sufi memiliki metode tazkiyatunnapsi yang sudah teruji. Dan ini boleh oh anakku Mas Noen praktekan.

Langkah Pertama, Takhalli. Membersihkan diri dari Akhlak Mazmumah. Akhlak buruk yang merusak “fitrahnya” sebagai hamba Tuhan.

Pada langkah pertama ini, kita harus berani menumpahkan atau membuang semua kebiasaan buruk yang selama ini sudah menjadi reflek. Jangan hiraukan rasa sakit yang timbul akibatnya. Oh Mas Noen, tanpa keberanian menumpahkan dan membuang akhlak mazmumah sekaligus hanya membuang-waktu bila berkeinginan menjadi HambaNya yang terpilih.

Langkah kedua, Tahalli. Mas Noen harus berani “menghiasi” diri dengan Akhlaqul Karimah. Himmah Mas Noen harus kuat, kokoh dan Tangguh.

Jiw Raga Mas Noen harus siap diolah kembali supaya menjadi “lahan yang subur”. Agar biji Tauhid bisa tumbuh dengan baik. Perlu ketekunan dan keistiqomahan yang super.

Langkah ketiga, Tajalli. Mas Noen harus berani mewujudkan sifat-sifat Tuhan dalam kehidupan pribadi sehari-hari.

Nama-nama Tuhan yang sudah kita kenal sebanyak 99 Nama harus berani kita kejahwantahkan dalam diri kita. Dan harus benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan keseharian kita. Sederhana tapi rumit. Rumit tapi sederhana.

Sekali lagi untuk bisa mendapatkan intan mutiara berlian yang sangat bernilai tak berhingga kita harus berani menyelami samudera yang dalam.

Kepengecutan dan keculasan merupakan racun jiwa yang menggerogoti kita dari dalam. Oh Mas Noen, jauhi dan hindari manusia-manusia yang masih tergenggam oleh sifat pengecut dan culas. (Mas Soleh/Buletin Al-Maksum).

Penulis: adalah Ketua Grup Diskusi JAYA SAKTI BANTEN, Kader Penggerak NU, Wartawan Buletin Almaksum dan Ketum DPP Babad Banten
Editor. : Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai

Kategori
Artikel

Dari Langgar Kecil Mas Noen, Ngaji Empat Sifat Nabi

Dok. Foto: Ketua Grup Diskusi JAYA SAKTI BANTEN, Pengamal Thoriqoh, Kader Penggerak NU, Wartawan Buletin Al-Maksum dan Ketum DPP Babad Banten

Oleh Mas Soleh

Sabtu 26 Februari 2022 I 10:59 WIB

Bagian Kedua

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Kedua Sifat Amanah. Sang Guru menuturkan bahwa sifat amanah harus kita maknai sebagai hamba yang mendapatkan kepercayaan dari Alloh Subhana wa Ta’ala.

Tentu saja, untuk mendapatkan kepercayaan dari Alloh harus siap berproses, berjuang keras serta sungguh-sungguh menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai HambaNYA.

Kita maklum, untuk mendapatkan kepercayaan dari Bos saja kita harus menunjukan performa yang unggul di atas rata-rata dari karyawan lainnya.

Tidak mudah dan juga tidak sulit untuk bisa mendapatkan kepercayaan dari Bos selama performa kita memang pantas untuk mendapatkannya.

HambaNya yang sudah menjadi Kepercayaan Alloh tentu saja akan mendapatkan pangkat dan Tugas khusus. Mulai dari posisi Sebagai Rasulullah, Nabi, Wali, Ulama, dan dst.

Kita maklum, pengangkatan HambaNya sebagai Rasululloh melalui proses yang “keras”. Karena tugas yang diembannya kelak pun tidak mudah. Sebab akan mengajak dan mendidik manusia agar menjadi Manusia Beriman dan berakhlak Karimah.

Menjaga diri agar tetap menjadi hamba kepercayaan Alloh haruslah terus menerus berkekalan hati kepada Alloh SWT. Istiqomah hingga akhir hayatnya. Semuanya berjalan alamiah, ilmiyah, ilahiyah dan manusiawi banget.

Siapapun bisa mencontoh karena memang Rosulullah harus kita jadikan suri tauladan dalam kehidupan kita. Rasululloh manusia seperti kita juga. Yang membedakan karena Rasulullah mendapat Wahyu dan Tugas untuk membimbing umat Manusia.

Sebagai Umatnya, kita harus bisa mencontoh beliau dalam segala hal agar kita juga menjadi hambaNya yang bisa dipercaya oleh Alloh dalam menjalankan tugasnya sebagai pewaris dan penerus perjuangan para Nabi.(Soleh/Buletin Al-Maksum).

Penulis adalah Ketua Grup Diskusi JAYA SAKTI BANTEN, Pengamal Thoriqoh, Kader Penggerak NU, Wartawan Buletin Almaksum dan Ketum DPP Babad Banten
Editor : Ahmad Zaim Syah, Muhammad Rifai