Kategori
Artikel

TAFSIR

Mas Tubagus Soleh Ketua Grup Diskusi Nusantara Jayasakti Banten dan Ketua Lajnah Ta’lif WanNasyer Thoriqiyah Idaroh Wustho JATMAN Banten. (Foto/Istimewa)

Senin 28 Maret 2022 l 8:53 WIB

Oleh Mas Tubagus Soleh
Ketua Grup Diskusi Nusantara Jayasakti Banten dan Ketua Lajnah Ta’lif WanNasyer Thoriqiyah Idaroh Wustho JATMAN Banten

BANTEN (Buletin Al-Maksum). Tuhan menciptakan, Manusia Menafsirkan. Adagium ini sepertinya tepat.

Berpuluh-puluh kitab Agama, buku ilmiah, fiksi, imaginasi, hasil karya karsa dan cipta manusia lahir karena manusia menafsirkan realitas yang diciptakan Tuhan.

Realitas Ciptaan Tuhan yang tersaji dihadapan kita baik melalui kitab suci, ayat qauliyah, ayat kauniyah atau berbentuk “bencana alam” akan memiliki tafsir yang berbeda.

Contoh sederhana, satu ayat mutasybihat oleh para Mufassirin —ulama mumpuni yang menguasai 12 pan keilmuan islam— akan memiliki tafsir yang berbeda. Bahkan dari perbedaan itu telah banyak melahirkan kitab-kitab berkualitas bermutu kelas dunia.

Lahirnya Empat Mazhab Fiqih utama (Imam Malik, Imam Syafii, Imam Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal) dalam Islam tidak lepas dari perbedaan menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat terutama yang terkait dengan kajian fiqih.

Tuhan yang menciptakan Akal Pikir yang ditempatkan pada seluruh makhluknya yang bernama Manusia memang dahsyat luar biasa.

Dengan alat Aqal Pikir itulah kehidupan manusia di dunia berkembang dengan sangat pesat. Dari zaman “primitif” hingga menjelma menjadi zaman “mutaakhir” yang serba super canggih berkat alat cipta karsa dan karya Tuhan yang ditaroh dalam jiwa raga manusia.

Oleh sebab itu, manusia yang pandai mensyukuri karunia terbesar ini, akan memilih menjadi Manusia Pembelajar seumur hidupnya. Karena dengan begitu potensi dirinya menjadi Insan Kamil akan terus berkembang dan terus mewujud dalam laku lampah kehidupannya.

Kita tidak perlu muluk-muluk ingin dikenal sebagai sosok yang wah. Cukup lakukan dengan konsisten menulis hasil cipta karya dan karsa kita sendiri. Tanpa harus terpengaruh omongan orang tentang kita.

Ahmad Wahid tokoh muda HMI legendaris dikenal sebagai sosok pembaharu pemikiran di HMI tahun 60an dan 70an hanya beliau menulis dengan konsisten apa yang menjadi pemikirannya.

Soe Hook Gie, aktivis Pencipta Alam UI, pendiri Mapala UI serta aktivis yang progresif di zaman orla adalah contoh nyata manusia muda yang konsisten dengan hasil cipta karya dan karsa pemikirannya sendiri.

Tokoh Fenomenal lainnya Nurcholis Madjid atau dikenal dengan nama Cak Nur. Adalah Tokoh Muda HMI yang satu-satunya menjadi ketum PB HMI dua periode.

Beliau semua adalah manusia muda pada zamannya yang konsisten dan percaya dengan hasil cipta karya dan karsa pemikirannya sendiri.

Hasilnya mungkin diluar ekspektasi mereka semua. Tapi saat ini disadari atau tidak, diakui atau tidak, diikuti atau tidak pikiran-pikiran mereka semua sangat mempengaruhi alam pikir kader-kader muda bangsa di seluruh ranah organisasi pergerakan.

Diakhir tulisan ini, saya mengingatkan kepada semua saudara saya, mari kita asah, asih dan kita asuh terus alam pikiran kita. Karena disitulah Ilmu Tuhan (AL ALIIM) tersimpan tanpa batas atas nama kita sendiri.

Dititik inilah kita sangat relevan harus menjadi Hamba Tuhan Sejati. Why? Silahkan TAFSIRKAN sendiri. (TS55/Buletin Al-Maksum).

Pewarta: Ahmad Zaim Syah
Editor: Muhammad Rifai

Tinggalkan komentar